PROMO SPESIAL NEW YEAR SALE, DISKON 98%
Belajar Data Science Bersertifikat, 6 Bulan hanya 99K!
0 Hari 4 Jam 19 Menit 37 Detik

5 Kesalahan Fatal dalam Clustering Machine Learning

Belajar Data Science di Rumah 10-Januari-2025
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/2-longtail-rabu-07-2025-01-11-103945_x_Thumbnail800.jpg

Clustering adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan dalam machine learning untuk mengelompokkan data ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kesamaan fitur. Salah satu algoritma clustering yang sering digunakan adalah K-Means, yang membagi data ke dalam cluster berdasarkan jarak Euclidean antara titik data dengan pusat cluster (centroid).


Namun, meskipun sangat populer, banyak pengguna yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan hasil clustering yang optimal. Hal ini sering disebabkan oleh berbagai kesalahan yang mungkin tidak disadari, yang pada akhirnya dapat mengurangi akurasi dan efektivitas hasil yang diharapkan.


Dalam artikel ini, kami akan membahas 5 kesalahan umum yang sering terjadi saat menggunakan teknik clustering, seperti K-Means, dan memberikan solusi untuk mengatasinya. Dengan memahami dan menghindari kesalahan-kesalahan ini, Anda dapat meningkatkan kualitas analisis clustering Anda dan memastikan bahwa hasil yang didapatkan lebih relevan dan berguna untuk pengambilan keputusan.


1. Kesalahan Memilih Jumlah Cluster (k)

Salah satu kesalahan paling sering terjadi dalam proses clustering adalah memilih jumlah cluster (k) yang salah. Dalam algoritma K-Means, jumlah cluster yang tepat sangat penting karena dapat mempengaruhi interpretasi dan pemahaman hasil clustering.


Jika jumlah cluster terlalu sedikit, cluster yang terbentuk mungkin terlalu besar dan tidak memberikan wawasan yang cukup mendalam. Sebaliknya, jika jumlah cluster terlalu banyak, data yang seharusnya digabungkan menjadi satu kelompok malah terpisah-pisah menjadi banyak cluster yang tidak relevan.


Untuk menghindari kesalahan ini, Anda bisa menggunakan beberapa metode untuk menentukan jumlah cluster yang optimal, seperti Elbow Method dan Silhouette Score. Elbow Method membantu Anda menemukan titik di mana penurunan inertia (sum of squared distances) mulai melambat, yang menunjukkan jumlah cluster yang paling efisien.


Sementara itu, Silhouette Score memberikan informasi tentang seberapa baik data di dalam cluster dikelompokkan, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan pemisahan yang lebih baik antar cluster.


Baca juga: Model Machine Learning Hierarchical Clustering


2. Data Tidak Dinormalisasi Sebelum Analisis

Kesalahan lainnya yang sering ditemui adalah tidak melakukan normalisasi atau standarisasi data sebelum menjalankan algoritma clustering. Dalam algoritma seperti K-Means, jarak antar data digunakan untuk menentukan cluster, dan data yang tidak dinormalisasi dapat menyebabkan hasil clustering yang salah.


Misalnya, fitur dengan skala yang lebih besar (seperti pendapatan atau umur) bisa mendominasi jarak, sementara fitur dengan skala kecil (seperti skor atau rating) menjadi kurang berpengaruh, meskipun kedua fitur tersebut sama-sama penting.


Untuk menghindari kesalahan ini, sangat disarankan untuk melakukan normalisasi atau standarisasi data sebelum memulai analisis clustering. Anda dapat menggunakan teknik seperti Min-Max Scaling, yang merubah data ke dalam rentang [0, 1], atau Z-score normalization, yang mengubah data menjadi distribusi dengan mean = 0 dan standar deviasi = 1. Kedua teknik ini membantu memastikan bahwa setiap fitur memiliki pengaruh yang setara dalam proses clustering.


3. Menggunakan Clustering pada Data yang Tidak Relevan

Sering kali, clustering diterapkan pada data yang sebenarnya tidak cocok untuk dianalisis menggunakan teknik ini. Misalnya, jika data yang Anda miliki tidak memiliki struktur yang jelas atau hubungan antar fitur yang dapat dikelompokkan, hasil clustering akan sulit diinterpretasi dan tidak informatif. Clustering sebaiknya digunakan ketika ada pola atau kelompok alami dalam data yang dapat dipisahkan berdasarkan fitur yang relevan.


Sebelum memutuskan untuk menggunakan clustering, pastikan bahwa data Anda memiliki struktur yang sesuai. Jika data Anda lebih cocok untuk analisis regresi atau klasifikasi, lebih baik menggunakan teknik lain yang lebih tepat. Anda juga perlu mengevaluasi apakah data tersebut memiliki hubungan antar fitur yang cukup jelas untuk membentuk kelompok yang bermakna.


4. Tidak Memvalidasi Hasil Clustering

Banyak pengguna yang mengabaikan pentingnya memvalidasi hasil clustering yang telah dibuat. Setelah menjalankan algoritma clustering, kita harus memastikan bahwa cluster yang terbentuk memang sesuai dengan pola yang ada dalam data. Tanpa validasi, kita tidak tahu apakah clustering yang dihasilkan benar-benar menggambarkan struktur yang ada dalam data atau hanya hasil kebetulan.


Untuk memvalidasi hasil clustering, Anda dapat menggunakan beberapa teknik evaluasi, seperti Davies-Bouldin Index, yang mengukur kesamaan antar cluster, atau Adjusted Rand Index (ARI), yang membandingkan hasil clustering dengan ground truth (jika tersedia). Validasi ini penting untuk memastikan bahwa hasil clustering tidak hanya cocok dengan data, tetapi juga memiliki interpretasi yang berguna dan valid.


5. Tidak Mempertimbangkan Algoritma Alternatif

Banyak yang terjebak hanya menggunakan satu algoritma clustering, seperti K-Means, tanpa mempertimbangkan algoritma lainnya yang mungkin lebih sesuai dengan data yang ada. Misalnya, DBSCAN (Density-Based Spatial Clustering of Applications with Noise) adalah algoritma yang lebih cocok untuk data dengan distribusi cluster yang tidak berbentuk bulat atau data yang mengandung banyak noise. Selain itu, Hierarchical Clustering dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang struktur hierarki dalam data.


Jangan ragu untuk mengeksplorasi berbagai algoritma clustering untuk melihat mana yang paling cocok dengan data Anda. Setiap algoritma memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan terkadang algoritma alternatif dapat memberikan hasil yang lebih baik atau lebih bermakna dibandingkan K-Means.


Baca juga: Konsep Model Machine Learning K-Means Clustering


Gimana? Kamu tertarik untuk menguasai bidang Machine Learning, serta mengembangkan portofolio data yang outstanding? Yuk, segera Sign Up ke DQLab! Disini kamu bisa banget belajar dengan modul berkualitas dan tools sesuai kebutuhan industri dari dasar hingga advanced meskipun kamu nggak punya background IT, lho. Dilengkapi studi kasus yang membantu para pemula belajar memecahkan masalah secara langsung dari berbagai industri.


Tidak cuma itu, DQLab juga sudah menerapkan metode pembelajaran HERO (Hands-On, Experiential Learning & Outcome-based) yang dirancang ramah untuk pemula, dan telah terbukti mencetak talenta unggulan yang sukses berkarier di bidang data. Jadi, mau tunggu apa lagi? Yuk, segera persiapkan diri dengan modul premium atau kamu juga bisa mengikuti Bootcamp Machine Learning and AI for Beginner sekarang juga!


Mulai Karier
sebagai Praktisi
Data Bersama
DQLab

Daftar sekarang dan ambil langkah
pertamamu untuk mengenal
Data Science.

Buat Akun


Atau

Sudah punya akun? Login