PAYDAY SUPER SALE!! DISKON 98%
Belajar Data Science Bersertifikat, 6 BULAN hanya Rp 100K!
0 Hari 0 Jam 12 Menit 12 Detik

Bocoran Skill yang Dibutuhkan Data Analyst dari HR Top Tech 2025

Belajar Data Science di Rumah 21-Mei-2025
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/longtail-senin-03-2025-05-22-093232_x_Thumbnail800.jpg

Di era ketika setiap klik, swipe, dan transaksi meninggalkan jejak digital, peran Data Analyst bukan lagi sekadar pelengkap. Melainkan sudah jadi ujung tombak pengambilan keputusan strategis. Data bukan cuma angka di spreadsheet; ia telah menjadi mata uang baru yang menentukan arah bisnis, inovasi, bahkan tren budaya. Tak heran kalau profesi ini makin jadi primadona, bukan hanya di kalangan tech-savvy fresh graduate, tapi juga profesional lintas bidang yang ingin hijrah ke dunia data.


Tapi tunggu dulu, menjadi Data Analyst yang "diincar" perusahaan top tech jelas bukan perkara bisa bikin grafik pie chart atau tahu rumus VLOOKUP. HR di balik nama-nama besar teknologi kini punya kriteria yang lebih tajam dan selektif. Mereka nggak cuma mencari seseorang yang bisa mengolah data, tapi juga yang bisa "berbicara" lewat data. Jadi, skill seperti apa sih yang sebenarnya mereka incar di tahun 2025? Apakah kamu harus jago Python, paham machine learning, atau justru lebih penting punya pemahaman bisnis yang kuat?


Kali ini, kita akan membongkar bocoran langsung dari HR top tech yang setiap harinya menyaring ratusan kandidat Data Analyst. Mulai dari skill teknis, soft skill, hingga cara berpikir yang dianggap "mahal" di mata perekrut. Siapkan diri kamu, karena insight yang akan kamu temukan di sini bisa jadi pembeda nyata saat bersaing di industri yang makin kompetitif ini!


1. Hard Skill: Lebih dari Sekadar SQL dan Excel

Hard skill adalah pondasi utama. Ini seperti “ABC”-nya seorang Data Analyst. Tanpa ini, kamu bakal kesulitan memahami pekerjaan dasar di bidang data. Tapi di 2025, HR dari berbagai perusahaan teknologi besar tidak lagi hanya mencari orang yang bisa menggunakan Excel atau sekadar tahu SELECT * FROM table di SQL. Mereka mengincar kandidat yang bisa berpikir kritis melalui data, memvisualisasikan insight dengan efektif, dan menulis query yang efisien serta scalable.


Mengapa ini penting? Karena data yang diolah sekarang tidak lagi berasal dari satu sumber kecil. Setiap harinya, data dari berbagai channel—web, mobile, API, IoT—terus mengalir masuk. Perusahaan membutuhkan seseorang yang bisa merangkum semua itu dan mengubahnya jadi keputusan bisnis. Maka, penguasaan tools seperti SQL lanjutan, Python, bahkan dbt dan Airflow, mulai naik daun di daftar wajib punya.


Bagaimana cara melatih skill ini? Selain ikut bootcamp atau pelatihan online seperti DQLab, kamu juga bisa mulai dengan proyek pribadi. Misalnya, analisis data e-commerce dari dataset open source, lalu buat dashboard interaktif menggunakan Tableau atau Power BI. Bangun portofolio di GitHub atau Medium agar bisa menunjukkan kemampuanmu dengan cara nyata.


Hal penting yang sering terlewat adalah dokumentasi. Banyak kandidat pintar secara teknikal, tapi gagal menjelaskan proses berpikirnya secara jelas. Di mata HR, ini jadi catatan penting—apakah kamu mampu mengkomunikasikan ide secara profesional atau tidak.


2. Soft Skill: Komunikasi Itu Kunci

Kebanyakan orang fokus belajar coding dan statistik, tapi lupa satu hal vital: komunikasi. Menurut HR dari beberapa startup unicorn dan perusahaan multinasional, Data Analyst yang hebat bukan hanya yang bisa menemukan insight, tapi yang bisa menyampaikannya dengan storytelling yang engaging. Percuma kamu tahu bahwa conversion rate turun 3% kalau kamu tidak bisa menjelaskan mengapa itu penting dan apa implikasinya ke tim marketing.


Soft skill seperti kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan critical thinking sangat dibutuhkan. Di era remote dan hybrid work seperti sekarang, kerja tim tak lagi terjadi secara tatap muka, jadi kemampuan menyampaikan hasil analisis secara tertulis atau lewat presentasi online jadi nilai plus besar.


Cara melatihnya? Latihan presentasi! Coba kamu analisis tren TikTok, lalu presentasikan ke temanmu seolah-olah kamu adalah Data Analyst di perusahaan media sosial. Rekam videonya, evaluasi, dan ulangi. Ini bukan cuma soal PD, tapi juga bagaimana kamu menyusun alur berpikir dengan narasi yang runtut.


Nah, aspek yang sering dilupakan adalah active listening. Bukan sekadar mendengar, tapi benar-benar memahami kebutuhan stakeholder. Banyak analyst sibuk dengan datanya sendiri, padahal solusi terbaik sering muncul dari pemahaman mendalam terhadap masalah bisnis yang disampaikan tim lain.


Baca juga: Data Analyst vs Data Scientist


3. Adaptability & Problem Solving: Dunia Data Itu Dinamis

Dunia teknologi bergerak cepat, dan HR tahu persis siapa yang bisa survive di dalamnya: mereka yang adaptable. Di tahun 2025, problem yang dihadapi Data Analyst bisa berubah drastis dalam seminggu. Misalnya, hari ini kamu diminta analisis performa iklan, minggu depan kamu harus memprediksi churn pelanggan dengan algoritma machine learning ringan.


Pentingnya skill problem solving tak perlu diragukan lagi. Tapi yang dicari bukan hanya solusi akhir, melainkan pendekatanmu terhadap masalah. Apakah kamu punya pola pikir analitis? Apakah kamu tahu kapan harus menggunakan metode statistik sederhana atau kapan butuh clustering?


Cara melatihnya bisa dimulai dari ikut challenge mingguan di platform seperti Kaggle atau DQLab. Tantang dirimu menyelesaikan satu studi kasus tiap minggu, lalu buat laporan naratifnya. Ini akan membiasakanmu berpikir struktural dalam kondisi yang berubah-ubah.


Perlu dicatat juga bahwa menjadi adaptable bukan berarti harus tahu semua tools. Tapi kamu harus siap belajar hal baru dengan cepat, dan tahu kapan harus upgrade skill. Belajar adalah bagian dari pekerjaan, bukan beban tambahan.


Baca juga: Bootcamp Data Analyst with Python & SQL


4. Business Acumen: Bukan Cuma Ngoding, Tapi Ngerti Bisnis

Ini salah satu skill yang paling underrated tapi sering jadi deal-breaker saat wawancara: kemampuan memahami konteks bisnis. HR dari berbagai top tech companies menyebutkan bahwa mereka mengutamakan kandidat yang bisa melihat data dari perspektif bisnis, bukan cuma teknikal.


Kenapa ini penting? Karena output analisismu akan digunakan oleh tim lain untuk mengambil keputusan. Kalau kamu tidak memahami bagaimana revenue bekerja, atau apa yang dimaksud dengan customer lifetime value, maka insight-mu akan dangkal dan sulit dipraktikkan.


Cara melatih business acumen bisa dimulai dari membaca laporan tahunan perusahaan, mengikuti diskusi ekonomi digital, hingga berdiskusi dengan teman-teman dari latar belakang non-teknis. Semakin kamu paham bagaimana roda bisnis bergerak, semakin bernilai insight yang kamu hasilkan.


Kemudian aspek sering jadi jebakan adalah terlalu fokus ke metrik vanity, angka-angka yang terlihat bagus tapi sebenarnya tidak berdampak langsung. Misalnya, kamu bilang "traffic naik 20%" padahal bounce rate juga meningkat drastis. Data analyst yang paham bisnis akan menyadari bahwa ini bukan growth, tapi sinyal peringatan.


FAQ

Q: Apakah harus bisa coding untuk jadi Data Analyst di 2025?
A: Tidak harus mahir seperti software engineer, tapi kamu minimal harus paham SQL dan dasar Python agar bisa bekerja dengan data secara efisien.

Q: Skill mana yang harus diprioritaskan lebih dulu?
A: Mulailah dari penguasaan data analysis dengan SQL, lalu pelajari tools visualisasi dan dasar-dasar Python. Setelah itu, kembangkan soft skill dan business acumen.

Q: Apakah sertifikasi penting untuk dilirik HR?

A: Sangat membantu, terutama jika kamu belum punya pengalaman kerja. Sertifikasi seperti dari DQLab atau lembaga kredibel lainnya bisa menunjukkan komitmen belajarmu.


Jadi, jangan cuma nunggu. Mulai riset tempat belajar yang tepat, cari beasiswa, dan rancang langkahmu dari sekarang. Butuh bantuan cari info pendidikan data di dalam dan luar negeri atau jalur karier data analyst? Yuk, segera Sign Up ke DQLab! Di sini, kamu bisa belajar dari dasar hingga tingkat lanjut dengan materi dan tools yang relevan dengan kebutuhan industri, bahkan tanpa latar belakang IT. Belajar kapan saja dan di mana saja dengan fleksibilitas penuh, serta didukung oleh fitur eksklusif Ask AI Chatbot 24 jam!


Tidak cuma itu, DQLab juga sudah menerapkan metode pembelajaran HERO (Hands-On, Experiential Learning & Outcome-based) yang dirancang ramah untuk pemula, dan telah terbukti mencetak talenta unggulan yang sukses berkarier di bidang data. Jadi, mau tunggu apa lagi? Segera persiapkan diri untuk menguasai keterampilan di bidang data dan teknologi dengan subscribe modul premium, atau ikuti Bootcamp Data Analyst with SQL and Python sekarang juga!


Penulis: Lisya Zuliasyari

Postingan Terkait

Mulai Karier
sebagai Praktisi
Data Bersama
DQLab

Daftar sekarang dan ambil langkah
pertamamu untuk mengenal
Data Science.

Daftar Gratis & Mulai Belajar

Mulai perjalanan karier datamu bersama DQLab

Daftar dengan Google

Sudah punya akun? Kamu bisa Sign in disini