TERMURAH HARGA RAMADHAN! DISKON 98%
Belajar Data Science Bersertifikat, 6 Bulan hanya Rp 99K!
0 Hari 1 Jam 28 Menit 30 Detik

Boosting vs Bagging: Teknik untuk Optimalkan Model AI

Belajar Data Science di Rumah 08-Maret-2025
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/1-longtail-rabu-09-2025-03-08-104431_x_Thumbnail800.jpg

Sahabat DQ coba bayangkan ketika sedang mengikuti ujian, tapi bukan hanya satu kali, melainkan beberapa kali dengan soal yang sedikit berbeda. Lalu, nilai akhirnya diambil dari rata-rata semua ujian tersebut. Dengan cara ini, hasil yang kamu dapatkan lebih akurat dibandingkan hanya satu kali tes, bukan? Nah, konsep ini mirip dengan apa yang terjadi dalam dunia machine learning melalui teknik ensemble learning, khususnya Boosting dan Bagging.


Dalam dunia kecerdasan buatan (AI), satu model saja kadang tidak cukup untuk membuat prediksi yang optimal. Model tunggal bisa saja rentan terhadap bias atau variabilitas data yang menyebabkan hasil yang kurang akurat. Itulah kenapa teknik ensemble learning hadir untuk mengombinasikan beberapa model guna meningkatkan performa dan keakuratan prediksi. Dua pendekatan utama dalam ensemble learning adalah Boosting dan Bagging. Tapi, apa sebenarnya perbedaan di antara keduanya, dan bagaimana cara memilih yang paling sesuai? Yuk, langsung kita kupas selengkapnya!


1. Mengenal Konsep Boosting vs Bagging

Secara sederhana, baik Boosting maupun Bagging adalah teknik yang bertujuan untuk meningkatkan akurasi prediksi model machine learning dengan menggabungkan beberapa model. Namun, cara kerja keduanya cukup berbeda.


Bagging (Bootstrap Aggregating) adalah metode di mana beberapa model (biasanya decision tree) dilatih secara paralel pada subset data yang berbeda. Model-model ini kemudian menghasilkan prediksi yang digabungkan (biasanya dengan voting untuk klasifikasi atau rata-rata untuk regresi). Contoh paling populer dari teknik Bagging adalah Random Forest.


Di sisi lain, Boosting adalah teknik yang melatih model secara berurutan, di mana setiap model belajar dari kesalahan model sebelumnya. Model yang baru dibuat akan fokus pada kesalahan yang dibuat oleh model sebelumnya, sehingga hasil akhirnya lebih akurat. Algoritma populer dalam Boosting termasuk AdaBoost, Gradient Boosting, dan XGBoost.


2. Mengapa Boosting dan Bagging Itu Penting untuk Optimalkan Model AI?

Jika kamu ingin model AI yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mampu menangani berbagai macam data dan skenario, Boosting dan Bagging adalah teknik yang perlu kamu pertimbangkan. Berikut beberapa alasan mengapa teknik ini sangat penting dalam dunia machine learning:

  1. Mengurangi Overfitting

    Model tunggal sering kali mengalami overfitting (terlalu menyesuaikan diri dengan data training). Dengan ensemble learning, kesalahan dapat dikurangi, sehingga model lebih generalisasi terhadap data baru.

  1. Meningkatkan Akurasi

    Dengan menggabungkan beberapa model, kesalahan dalam prediksi dapat diminimalkan, menjadikannya lebih akurat dibandingkan model tunggal.

  1. Meningkatkan Stabilitas Model

    Model yang terlalu bergantung pada satu set data dapat menjadi tidak stabil. Teknik ensemble memberikan kestabilan dengan menggabungkan banyak model kecil.

  1. Memanfaatkan Kekuatan Model yang Berbeda

    Bagging cocok untuk mengurangi variance, sedangkan Boosting lebih baik dalam menangani bias. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing dalam meningkatkan performa model.


Baca juga: Mengenal NLP, Salah Satu Produk Machine Learning


3. Bagaimana Cara Mengimplementasikan Boosting dan Bagging?

Untuk mengimplementasikan kedua teknik ini, biasanya kita menggunakan library seperti Scikit-learn, XGBoost, atau LightGBM. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menerapkan Boosting dan Bagging:

  1. Bagging dengan Random Forest

  • Ambil beberapa subset dari data training menggunakan teknik bootstrapping.

  • Latih banyak decision tree secara independen.

  • Gabungkan hasil prediksi dari semua decision tree dengan voting atau averaging.


  1. Boosting dengan XGBoost

  • Latih satu model sederhana (misalnya decision tree).

  • Identifikasi kesalahan prediksi yang dilakukan model pertama.

  • Latih model berikutnya untuk lebih fokus pada kesalahan tersebut.

  • Ulangi proses ini hingga model cukup optimal.


Dalam praktiknya, pemilihan antara Boosting dan Bagging bergantung pada jenis data yang kamu miliki. Jika datamu memiliki banyak noise dan variasi, Bagging (Random Forest) mungkin lebih cocok. Namun, jika kamu ingin meningkatkan akurasi dengan mengurangi bias, Boosting (seperti XGBoost) adalah pilihan yang lebih baik.


Baca juga: Bootcamp Machine Learning & AI for Beginner


4. Aspek Penting dalam Penerapan Boosting dan Bagging

Meskipun sangat powerful, Boosting dan Bagging juga memiliki beberapa tantangan. Bagging cenderung lebih boros sumber daya karena harus melatih banyak model secara paralel, sedangkan Boosting bisa mengalami overfitting jika tidak diatur dengan baik. Oleh karena itu, selalu penting untuk melakukan tuning hyperparameter agar mendapatkan hasil optimal.


FAQ

  1. Apa perbedaan utama antara Boosting dan Bagging?
    Bagging mengurangi variance dengan melatih banyak model secara paralel, sementara Boosting mengurangi bias dengan melatih model secara berurutan, di mana model baru belajar dari kesalahan model sebelumnya.

  2. Mana yang lebih baik: Boosting atau Bagging?
    Tidak ada yang lebih baik secara mutlak. Bagging lebih cocok untuk dataset dengan variance tinggi, sedangkan Boosting lebih baik untuk dataset dengan bias tinggi.

  3. Apakah saya bisa menggunakan keduanya dalam satu model?
    Ya! Beberapa teknik hybrid menggabungkan Bagging dan Boosting untuk mendapatkan keunggulan dari kedua metode ini, tergantung pada kebutuhan spesifik modelmu.


Nah, jadi gimana? Kamu tertarik untuk mempelajari Ensemble Learning Boosting Bagging Techniques secara lebih dalam, serta menerapkannya untuk optimalisasi pekerjaanmu? Yuk, segera Sign Up ke DQLab! Disini kamu bisa banget belajar dengan modul berkualitas dan tools sesuai kebutuhan industri dari dasar hingga advanced meskipun kamu nggak punya background IT, lho. Dilengkapi studi kasus yang membantu para pemula belajar memecahkan masalah secara langsung dari berbagai industri.


Tidak cuma itu, DQLab juga sudah menerapkan metode pembelajaran HERO (Hands-On, Experiential Learning & Outcome-based) yang dirancang ramah untuk pemula, dan telah terbukti mencetak talenta unggulan yang sukses berkarier di bidang data. Jadi, mau tunggu apa lagi? Yuk, segera persiapkan diri dengan modul premium atau kamu juga bisa mengikuti Bootcamp Machine Learning and AI for Beginner sekarang juga!


Penulis: Lisya Zuliasyari

Mulai Karier
sebagai Praktisi
Data Bersama
DQLab

Daftar sekarang dan ambil langkah
pertamamu untuk mengenal
Data Science.

Buat Akun


Atau

Sudah punya akun? Login