Tidak Memiliki Background IT, Taju Berhasil Sukses Berkarir sebagai Data Analyst
Salah satu upaya yang bisa membuat kita memiliki karir yang cemerlang adalah membekali diri dengan segudang ilmu pengetahuan. Sama halnya ketika kamu memilih data science sebagai jalan hidupmu. Pada umumnya, ada beberapa ilmu yang membuatmu lebih mudah untuk memahami dan memperdalam data science, seperti statistika, matematika, teknik, sains, dan teknologi. Dari beberapa ilmu yang disebutkan, IT yang merupakan salah satu cabang di bidang ilmu teknologi disebut sebagai ilmu wajib yang harus kamu miliki untuk bisa berkarir di dunia data science.
Memang benar kamu perlu memiliki bekal ilmu tersebut, tapi bukan berarti jika kamu tidak memiliki background pendidikan IT di masa sekolah atau perkuliahan, kamu tidak bisa berkarir sebagai praktisi data. Taju Mahadhikara yang kini berprofesi sebagai data analyst membuktikan siapa pun bisa berkarir di industri data, meski tidak memiliki latar belakang pendidikan IT sebelumnya.
"Saya merupakan lulusan akuntansi yang juga mengambil sekolah penerbangan. Meski begitu, saya tetap berkeinginan untuk berkarir di bidang data science," kata Taju.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk, kita simak bersama!
1. Menyiapkan Data Terkait Penerbangan, Salah Satu Tugas Utama Taju
"Untuk dapat mengejar mimpi saya, saya belajar melalui module DQLab. Saya juga mengikuti program DTS Kominfo dalam program Data Analyst untuk belajar lebih dalam terkait profesi ini," jelasnya.
Menyadari tidak memiliki kemampuan di bidang data, Taju akhirnya memutuskan untuk mengembangkan kemampuannya dengan belajar data science bersama DQLab. Bekerja di salah satu departemen penerbangan membuat Taju mau tak mau harus berhubungan dengan data setiap harinya, khususnya dalam menyiapkan data-data dari industri penerbangan lainnya di Indonesia. Sebagai data analyst, dalam praktiknya Taju bertanggung jawab untuk membantu dalam perancangan strategi dan analisa promosi.
2. Ms. Excel, Tools yang Digunakan Taju dalam Mengolah Data
Untuk menunjang aktivitasnya sebaga data analyst, Taju menggunakan Excel untuk mengolah data yang ada. Menurutnya, Excel sudah menjangkau segala kebutuhannya di tempat ia bekerja, mulai dari rumus IF, VLOOKUP hingga Pivot Table Taju menggunakan Excel sesuai kebutuhan.
"Saya juga menggunakan Excel sebagai salah satu tools untuk visualisasi data," ujar Taju.
3. Mengikuti Program DTS, Ini Pengalaman Menarik yang Taju Alami
Selama mengikuti pembelajaran bersama DQLab Taju tidak hanya sekedar mempelajari ilmunya secara teori, melainkan juga turut aktif dalam sejumlah kegiatan terkait data science, salah satunya mengikuti program Data Talent Scholarship (DTS). Taju mengaku, selama mengikuti program beasiswa hasil kolaborasi DQLab dengan Kominfo ini ia merasa sangat senang. Sebab, ia dapat menggali hard skill serta pengalaman menarik lainnya. Taju mengatakan, Python dan SQL yang ia pelajari sangat berguna dalam profesi yang kini ia jalani. Menurutnya, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan setelah mengikuti program DTS. "Berkat program DTS, saya berhasil 'colong start' untuk mempelajari kedua bahasa pemrograman tersebut," pungkasnya.
Baca juga : Putus Kerja Akibat Pandemi, Thomas Berhasil Bangkit dan Berkarir Sebagai Data Analyst
4. Tidak Memiliki Background IT Tidak Menghalangimu Berkarir sebagai Praktisi Data!
Cerita Taju menjadi salah satu pembuktian bahwa semua orang dengan ragam latar belakang pendidikan juga bisa berkecimpung di dunia data. Kunci utamannya adalah mempelajari data science secara bertahap. Di DQLab kamu bisa temukan solusinya! Belajar data science di DQLab, memudahkan kamu untuk bisa belajar dimana saja dan kapan pun kamu mau. Kamu bisa mengakses materi pembelajaran dalam bentuk modul yang bisa kamu akses secara gratis. Tak perlu khawatir, karena akan ada para mentor yang siap membimbing dan berbagi ilmu denganmu.