Mau Berkarir di Bidang Digital Marketing? Ini Tips Pahami Tren 2025

Tahun 2025 sudah tinggal enam bulan lagi. Tapi dengan besarnya tantangan dan tuntutan zaman yang serba AI ini, makin banyak dari Gen Z, Milenial, profesional muda, hingga para jobseeker yang masih bingung menentukan arah karirnya. Kabar baiknya, industri digital marketing tampaknya masih menjadi ladang emas yang menjanjikan.

Pertanyaannya, untuk bisa sukses dan relevan di dalamnya “apakah cukup hanya tahu cara bikin konten atau pasang iklan saja?” Lebih jauh dari itu, kamu juga perlu memahami tren karir digital marketing secara menyeluruh. Mulai dari skill yang dibutuhkan, perubahan perilaku konsumen, hingga peran teknologi seperti AI yang semakin melekat dalam strategi pemasaran. Biar kamu nggak bingung, kita kupas tips memahami karir di bidang digital marketing, yuk!

1. Menjelajahi Era Digital Marketing 2025

Digital marketing bukan lagi sekadar soal kampanye media sosial, SEO, atau SEM semata. Di tahun 2025, lanskapnya berubah drastis, lebih cepat, lebih canggih, dan lebih kompleks. Perubahan perilaku digital masyarakat Indonesia, kemunculan platform baru, serta perkembangan AI membuat batas antara marketer tradisional dan teknolog jadi makin tipis. Tren karir di bidang ini pun ikut menyesuaikan. Bukan hanya content creator atau digital strategist yang dibutuhkan, tapi juga data-driven marketer, automation specialist, bahkan growth hacker yang memahami produk dan user journey secara menyeluruh.

Untuk itu, memahami tren karir di dunia digital marketing bukan hanya soal ikut-ikutan. Ini tentang menyiapkan diri untuk tetap relevan, beradaptasi, dan bahkan memimpin perubahan. Tapi, bagaimana caranya? Yuk, kita bahas secara menyeluruh mulai dari definisinya, urgensinya, cara mengidentifikasi tren, hingga pertanyaan umum yang sering muncul soal prospek karir digital marketing di tahun 2025.

2. Pahami Apa Itu Tren Karir Digital Marketing?

Tren karir digital marketing adalah pola atau arah perkembangan kebutuhan industri terhadap peran, keterampilan, dan strategi yang relevan dengan pemasaran digital. Misalnya, jika dulu yang dicari adalah social media officer yang jago bikin konten viral, kini perusahaan lebih mencari digital marketer yang mengerti funneling, analitik, serta bagaimana membangun loyalitas pelanggan dari kanal digital. Tren ini mencakup perubahan pada jenis peran yang dibutuhkan, tools yang digunakan, serta pendekatan kerja yang diharapkan dari seorang digital marketer.

Tren juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan perubahan perilaku digital pengguna. Sebagai contoh, kemunculan AI seperti ChatGPT, maraknya penggunaan TikTok untuk promosi, serta meningkatnya ketergantungan pada first-party data mendorong munculnya role baru seperti prompt engineer, content automation strategist, dan digital data analyst di sektor marketing.

3. Kenapa Tren Ini Penting untuk Diketahui?

Memahami tren karir digital marketing bukan hanya membantu kamu untuk tetap "up to date", tapi juga krusial agar kamu bisa bertumbuh secara strategis. Tanpa memahami tren, kamu bisa saja menghabiskan waktu belajar hal-hal yang sudah tidak relevan, atau bahkan tertinggal dari pesaingmu yang lebih cepat beradaptasi. Di sisi lain, pemahaman ini bisa membantu kamu memetakan skill gap, menentukan langkah belajar selanjutnya, hingga menyusun CV dan portofolio yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Di tengah ketatnya persaingan kerja dan cepatnya perubahan teknologi, informasi tentang tren karir ini bisa menjadi bekal penting dalam proses switching career atau peningkatan karir. Dengan mengikuti arah tren, kamu juga bisa lebih mudah membaca kebutuhan perusahaan dan menawarkan nilai tambah yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca juga: Pentingnya Machine Learning dalam Industri Bisnis

4. Bagaimana Cara Meraih Peluang di Tengah Tren Karir Digital Marketing?

Pertama, kamu bisa mulai dari observasi. Lihat lowongan pekerjaan di bidang digital marketing, baik di startup maupun korporasi. Apa saja skill yang sering diminta? Tools apa yang disebutkan? Istilah apa yang paling sering muncul, seperti "AI-driven campaign", "omnichannel strategy", atau "first-party data analytics"? Ini bisa jadi indikator penting tentang tren yang sedang berkembang.

Kedua, rajin mengikuti perkembangan industri lewat sumber terpercaya seperti Google Trend Report, HubSpot Blog, LinkedIn Job Insight, atau bahkan komunitas digital marketing lokal di Telegram, Discord, dan X (Twitter). Diskusi-diskusi di sana sering kali membuka wawasan soal perubahan nyata di lapangan kerja.

Ketiga, refleksikan dengan apa yang sudah kamu miliki. Apakah kamu hanya jago bikin konten tapi belum bisa membaca data performa? Atau kamu kuat di analitik tapi lemah di storytelling? Dari sini kamu bisa menyusun strategi belajar yang tepat: apakah perlu ikut kursus, cari mentor, atau upgrade lewat proyek freelance.

Terakhir, jangan lupa bangun personal branding digital kamu. Posting insight, portfolio, atau hasil eksperimen kecil di LinkedIn bisa meningkatkan visibilitas dan membuka peluang networking ke ranah profesional yang kamu tuju!

Baca juga: Bootcamp Data Scientist: Solusi Praktis Mulai Karir di Era AI

5. Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Mengikuti Tren

Meski penting untuk mengikuti tren, jangan sampai kamu terjebak dalam FOMO (fear of missing out) semata. Tidak semua tren perlu kamu ikuti sekaligus. Fokuslah pada yang sesuai dengan minat, potensi, dan tujuan karirmu. Misalnya, jika kamu lebih suka strategi dan analisis, tak perlu terlalu memaksakan diri jadi content creator TikTok.

Selain itu, pastikan kamu tidak hanya jadi "pengekor tren", tapi juga seseorang yang mampu memberikan value dalam tren tersebut. Misalnya, daripada hanya belajar tools AI, coba pahami bagaimana AI bisa meningkatkan konversi dalam email marketing, atau bagaimana A/B testing bisa dipercepat dengan model prediktif.

Perhatikan juga bahwa tren di industri digital marketing sangat cepat berubah. Maka dari itu, penting untuk selalu punya mental belajar ulang (reskilling) dan menyesuaikan skill-mu dengan konteks industri terkini. Konsistensi dan kemampuan adaptasi jadi kunci.

FAQ

Q: Apakah latar belakang non-marketing bisa sukses di digital marketing?
A: Sangat bisa. Banyak role digital marketing kini membutuhkan pendekatan analitik dan teknikal, sehingga latar belakang seperti IT, desain, bahkan psikologi bisa jadi nilai tambah.

Q: Apakah semua role digital marketing butuh skill coding?
A: Tidak. Beberapa role seperti content marketing atau social media specialist tidak wajib bisa coding, tapi memahami dasar HTML atau no-code tools akan jadi nilai plus.

Q: Tren apa yang paling menjanjikan dalam 1-2 tahun ke depan?
A: Penggunaan AI dan automation dalam marketing, pemanfaatan data customer berbasis privacy-first, serta optimalisasi omnichannel strategy diprediksi akan sangat dominan.

Gimana? Kamu tertarik untuk hijrah menjadi profesional di bidang digital marketing, serta mengembangkan portofolio data outstanding untuk meraih karir yang cemerlang? Yuk, segera Sign Up ke DQLab! Disini kamu bisa banget belajar dengan modul berkualitas dan tools sesuai kebutuhan industri dari dasar hingga advanced meskipun kamu nggak punya background IT, lho. Dilengkapi studi kasus yang membantu para pemula belajar memecahkan masalah secara langsung dari berbagai industri.

Tidak cuma itu, DQLab juga sudah menerapkan metode pembelajaran HERO (Hands-On, Experiential Learning & Outcome-based) yang dirancang ramah untuk pemula, dan telah terbukti mencetak talenta unggulan yang sukses berkarier di bidang data. Jadi, mau tunggu apa lagi? Yuk, segera persiapkan diri dengan modul premium atau kamu juga bisa mengikuti Bootcamp Machine Learning and AI for Beginner sekarang juga!

Penulis: Lisya Zuliasyari