PAYDAY SUPER SALE!! DISKON 98%
Belajar Data Science Bersertifikat, 6 BULAN hanya Rp 100K!
0 Hari 3 Jam 32 Menit 24 Detik

Pandangan Masyarakat Asia Tenggara terhadap Dampak AI di Dunia Kerja

Belajar Data Science di Rumah 02-Agustus-2025
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/1-longtail-rabu-09-2025-04-30-195128_x_Thumbnail800.jpg

Artificial Intelligence (AI) tidak lagi sekadar konsep futuristik yang hanya dibicarakan dalam forum teknologi. Kini, AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia kerja. Dari sistem otomatisasi hingga alat bantu analisis data, kehadiran AI memengaruhi cara orang bekerja, belajar, bahkan mempersiapkan masa depan. Namun, apakah masyarakat di Asia Tenggara merasa siap menghadapi perubahan ini?

Survei regional yang dilakukan oleh Standard Insights pada tahun 2024 mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Lebih dari 5.500 responden dari tujuh negara di Asia Tenggara yakni Thailand, Hong Kong, Myanmar, Kamboja, Filipina, Indonesia, dan Malaysia memberikan pandangan mereka tentang AI. Hasilnya menunjukkan spektrum perasaan yang luas. Dari optimisme terhadap efisiensi hingga kecemasan akan hilangnya pekerjaan karena tergantikan oleh AI. Artikel ini mengulas secara rinci temuan-temuan utama dari survei tersebut.


1. Kekhawatiran terhadap Keamanan Kerja

Salah satu temuan paling menonjol dalam survei Standard Insights tahun 2024 adalah kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan kerja. Sebanyak 35,3% responden menyatakan rasa cemas bahwa AI akan menggantikan peran mereka di tempat kerja. Kekhawatiran ini semakin kuat di negara-negara seperti Filipina (43,8%) dan Kamboja (40,6%), yang mencerminkan adanya kegelisahan tentang masa depan pekerjaan yang kini semakin terdampak otomatisasi.

Kecemasan tersebut tidak muncul tanpa alasan. Dalam banyak kasus, AI telah menggantikan pekerjaan yang sifatnya repetitif dan administratif. Bagi sebagian besar pekerja, perubahan ini menciptakan rasa tidak pasti apakah keterampilan yang mereka miliki masih relevan. Ketakutan akan “digantikan mesin” menjadi isu nyata yang memengaruhi psikologis dan motivasi kerja sebagian besar responden.


Baca Juga: Bootcamp Machine Learning and AI for Beginner


2. Optimisme terhadap Efisiensi dan Peluang Baru

Meskipun kekhawatiran mendominasi, ada juga secercah harapan dari hasil survei. Sekitar 17,5% responden menyatakan bahwa AI justru membuka peluang untuk meningkatkan efisiensi kerja. Mereka percaya bahwa AI bisa menjadi alat bantu yang meringankan beban pekerjaan, mempercepat proses, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Optimisme ini paling banyak ditemukan di negara-negara seperti Thailand, Hong Kong, dan Myanmar. Responden di negara tersebut lebih melihat AI sebagai mitra kerja, bukan ancaman. Bahkan, sebagian melihat kehadiran AI sebagai peluang untuk bertumbuh secara profesional dengan mengembangkan keterampilan baru yang lebih relevan di era digital.


3. Adopsi dan Penggunaan AI di Dunia Kerja

Tingkat penggunaan AI di kawasan Asia Tenggara ternyata masih cukup beragam. Dari survei Standard Insights (2024), terungkap bahwa sekitar 55% responden belum menggunakan AI dalam pekerjaan atau kegiatan studi mereka. Bahkan, 18,6% menyatakan tidak memiliki rencana untuk menggunakannya dalam waktu dekat. Ini menunjukkan bahwa meskipun diskusi tentang AI meningkat, adopsinya belum sepenuhnya merata di masyarakat.

Namun, di kalangan yang sudah menggunakan AI, tren penggunaan cukup menarik. AI paling banyak dimanfaatkan untuk analisis data dan pembuatan laporan (21,8%), terutama di Thailand. Di Indonesia, AI sering digunakan untuk layanan pelanggan (18,7%), sementara di Malaysia, fokusnya lebih ke peningkatan efisiensi operasional (19%). Meskipun masih terbatas, penggunaan ini menandai transformasi awal cara bekerja di wilayah Asia Tenggara.


Baca Juga: Machine Learning Specialist, Karir Hot Sampai 2025


4. Persepsi tentang Masa Depan Pekerjaan

Ketika ditanya mengenai masa depan pekerjaan mereka, responden memberikan jawaban yang beragam. Di Kamboja, 34,1% merasa pekerjaan mereka relatif aman dari ancaman AI, tetapi 34,8% lainnya menyatakan ketidakpastian. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat masih terbagi dalam menilai dampak jangka panjang AI terhadap dunia kerja, meskipun teknologi ini sudah mulai merasuk ke berbagai sektor.

Kekhawatiran lebih tinggi muncul di Malaysia (47,6%) dan Myanmar (44,5%), di mana hampir separuh responden merasa tidak yakin dengan prospek pekerjaan mereka. Menariknya, hanya 10% responden secara eksplisit merasa pekerjaan mereka benar-benar terancam. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat belum melihat AI sebagai risiko langsung, tetapi tetap menyimpan kekhawatiran jangka panjang terhadap ketidakpastian.


5. Pendidikan dan Kesiapan Menghadapi AI

Hasil survei juga mencerminkan pentingnya pendidikan dan pelatihan keterampilan baru. Di tengah ketidakpastian, banyak responden memilih untuk berinvestasi dalam pengembangan diri. Fenomena ini sejalan dengan tren global yang menunjukkan peningkatan minat pada program pelatihan ulang (reskilling) dan pengembangan keterampilan digital sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan pasar kerja yang dipicu oleh AI.

Negara-negara dengan kesiapan digital yang lebih baik cenderung menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap AI. Artinya, infrastruktur pendidikan dan akses terhadap teknologi menjadi faktor penting dalam menentukan bagaimana masyarakat merespons AI. Pemerintah dan sektor swasta perlu memperkuat kolaborasi untuk memastikan masyarakat memiliki keterampilan yang relevan dan mampu beradaptasi dalam ekosistem kerja yang terus berubah.

Survei Standard Insights (2024) menunjukkan bahwa masyarakat Asia Tenggara menyambut AI dengan sikap yang campur aduk yakni antara antusiasme terhadap manfaat dan kecemasan terhadap ancaman. AI dipandang sebagai teknologi yang menjanjikan efisiensi, tetapi juga membawa tantangan besar terhadap keamanan kerja dan relevansi keterampilan yang ada.

Untuk itu, langkah paling krusial adalah membekali masyarakat dengan kesiapan mental dan keterampilan yang memadai. AI bukan hanya soal teknologi, melainkan tentang bagaimana manusia menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan besar. Jika dimanfaatkan dengan bijak, AI bisa menjadi alat pemberdayaan, bukan pemutus harapan.


FAQ

1. Apakah masyarakat Asia Tenggara merasa pekerjaan mereka terancam oleh AI?

Ya, sebagian besar responden menunjukkan kekhawatiran. Berdasarkan survei Standard Insights (2024), sekitar 35,3% responden merasa cemas terhadap keamanan kerja mereka akibat AI, dengan tingkat kekhawatiran tertinggi tercatat di Filipina dan Kamboja. Meskipun begitu, hanya 10% yang benar-benar merasa pekerjaan mereka sangat berisiko.

2. Apa saja manfaat AI yang dirasakan oleh pekerja di Asia Tenggara?

Sebagian responden (sekitar 17,5%) melihat AI sebagai alat yang dapat meningkatkan efisiensi kerja. AI banyak dimanfaatkan untuk analisis data, layanan pelanggan, dan peningkatan efisiensi operasional, dengan penggunaan tertinggi tercatat di Thailand, Indonesia, dan Malaysia.

3. Apa yang dibutuhkan untuk menghadapi dampak AI terhadap dunia kerja?

Pendidikan dan pelatihan keterampilan baru menjadi kunci utama. Masyarakat perlu dibekali kemampuan digital dan fleksibilitas kerja agar dapat beradaptasi dengan perubahan. Negara dengan kesiapan digital yang baik umumnya menunjukkan respons yang lebih optimis terhadap AI.


Apakah kamu tertarik untuk mempelajari AI dan Machine Learning untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan di perusahaan sekarang? Yuk, segera Sign Up ke DQLab! Disini kamu bisa banget belajar dengan modul berkualitas dan tools sesuai kebutuhan industri dari dasar hingga advanced meskipun kamu nggak punya background IT, lho. Dilengkapi studi kasus yang membantu para pemula belajar memecahkan masalah secara langsung dari berbagai industri.

Tidak cuma itu, DQLab juga sudah menerapkan metode pembelajaran HERO (Hands-On, Experiential Learning & Outcome-based) yang dirancang ramah untuk pemula, dan telah terbukti mencetak talenta unggulan yang sukses berkarier di bidang data. Jadi, mau tunggu apa lagi? Yuk, segera persiapkan diri dengan modul premium atau kamu juga bisa mengikuti Bootcamp Machine Learning and AI for Beginner sekarang juga!


Penulis: Reyvan Maulid

Postingan Terkait

Mulai Karier
sebagai Praktisi
Data Bersama
DQLab

Daftar sekarang dan ambil langkah
pertamamu untuk mengenal
Data Science.

Daftar Gratis & Mulai Belajar

Mulai perjalanan karier datamu bersama DQLab

Daftar dengan Google

Sudah punya akun? Kamu bisa Sign in disini